Jumat, Agustus 14, 2009

Wisata Religi Desa Wanurejo

Desa Wanurejo, Garap Wisata Religi

MAGELANG (KR) - Pemerintah Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur saat ini mengembangkan wisata religi untuk menarik wisatawan. Adi Winarto, dari Badan Pariwisata Desa Wanurejo mengungkapkan bahwa wisata religi dimulai dari makam pendiri desa, PBH. Tejokusumo, putra Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Adi menuturkan bahwa wisata religi ini dikemas secara paket. “Mulai dari makam PBH. Tejokusumo, bisa dilanjutkan ke para pengikutnya, tergantung permintaan peserta ziarah,” kata Adi kepada KR, Jumat (14/8).
Dia mencontohkan untuk yang menginginkan peningkatan ekonomi, bisa meneruskan ke Eyang Beji. Sementara untuk yang ingin cakap berpolitik dapat mengunjungi makam Citro Lawang. “Semua pengikut PBH. Tejokusumo, 9 orang, makamnya ada di Wanurejo, jika keliling total membutuhklan waktu 1,5 jam,” jelas Adi.
“Jika menginginkan permintaan khusus, ada syarat yang harus dipenuhi sebagai sesaji,” jelas Adi. Sesaji tersebut adalah satu sisir buah raja dan tiga jenis buah, gurame bakar, serta ingkung bakar. Jika peziarah tidak bisa memenuhi, bisa meminta kepada juru kunci untuk menyediakan.
Untuk menyambut peziarah, seluruh juru kunci dan perangkat desa akan memakai busana Jawa. “Kami sangat total untuk wisata religi ini,” tegas Adi. Bahkan untuk ritual khusus, dipilih setiap Jumat Kliwon yang akan dimulai pada 4 September 2009. Meski begitu, juru kunci telah disiapkan jika peziarah datang sebelum ritual.
“Segi spiritual sangat kami jaga, oleh karena itu, peziarah wajib menuruti pesan dari juru kunci,” kata Adi. Fungsi dari juru kunci adalah mediator untuk menyampaikan keinginan peziarah agar terkabul. Jika diiringi niat tulus, peziarah akan mendapat ‘oleh-oleh’ sebagai ‘pegangan’.
Sementara itu, Agus Sumadiono mengungkapkan selain berziarah, ada juga bedug Pangeran Diponegoro yang ada di Masjid Baiturrahman. “Pangeran Diponegoro dan PBH. Tejokusumo masih berkerabat, dalam upaya mengusir penjajah, strategi yang digunakan juga sama,” ungkapnya.
“Wisata religi ini adalah upaya untuk ikut menyangga Candi Borobudur sebagai obyek wisata yang populer,” kata Sumadiono. Menurutnya, wisata religi juga diminati wisatawan mancanegara, terutama Belanda (Dian Ade Permana)

Tidak ada komentar: