Rabu, Agustus 05, 2009

perajin bambu kesulitan bahan baku

Perajin bambu keluhkan bahan baku


Perajin bambu wulung di Sidodadi, Tegalrejo mengeluhkan minimnya bahan baku untuk memproduksi mebel. Pasalnya saat ini, pesanan dari konsumen terus mengalami peningkatan.

Salah seorang perajin, Supardi mengatakan saat ini hampir setiap minggu memperoleh order sedikitnya satu set mebel. “Jika tidak segera dikerjakan, kami khawatir pelanggan akan berpaling,” ujarnya kepada KR, Senin (3/8). Satu set mebel terdiri dari sebuah meja, kursi panjang, dan tiga kursi pendek dijual seharga Rp450 ribu.

Padahal, untuk memperoleh bambu wulung berkualitas baik harus berusia minimal dua tahun. “Itu juga harus ditebang pada bulan April atau Mei dan musim peteng atau tidak bulan purnama,” kata Supardi. Jika ditebang saat bulan purnama, kualitas bambu tidak baik karena termakan rayap.

“Selama ini bambu diperoleh dari sekitaran Magelang,” ungkap Supardi. Jika terus ditebang tanpa perhitungan, maka kualitas bambu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bambu yang masih muda apabila dibikin mebel akan mudah mengkerut dan tidak awet.

Para perajin mencoba mengantisipasi dengan menyetok bambu. “Tapi karena pesanan datang terus menerus, tetap saja kebutuhan itu kurang,” jelas Supardi. Apalagi pemasaran mebel bambu tidak hanya di seputaran Jawa Tengah dan DIY, tapi merambah Kalimantan dan Palembang. Pasar luar negeri juga pernah dicoba, tapi karena pengemasan tidak baik, bambu menjadi pecah.

Lebih lanjut, untuk membuat mebel dibutuhkan minimal 10 batang bambu yang berukuran besar. “Karena masih manual, waktu pembuatan sekitar satu minggu,” tandas Supardi. Lamanya waktu pembuatan ini dikarenakan mebel bambu membutuhkan ketelitian dan kekuatan.

Supardi mengungkapkan pemasaran kerajinan mebel bambu wulung ini bersifat individual. “Hanya langganan lama yang masih mengambil barang, selain itu pembuatan juga berdasar pesanan konsumen,” tandas dia.

Darsih..terbang dengan layang-layang

Darsih, biayai kuliah anak dari layang-layang


Deretan layang-layang aneka warna itu tersusun rapi di pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya. Seorang perempuan baruh baya terlihat berungkali merapikan layang-layang yang lepas dari tali pengaitnya.
Darsih (52), nama perempuan itu, warga Blondo, Gedongan yang sudah 10 tahun menjual layang-layang kain di tepi jalan. Meski mengakui penghasilan dari menjual layang-layang tidak begitu besar, namun karena ketekunannya, tiga orang anaknya kuliah dengan biaya yang berasal dari layang-layang.
“Dua orang anak laki-laki di UGM dan yang satu perempuan di IKIP Jogja,” kata Darsih. Ketiganya saat ini sudah lulus dan bekerja. Dia mengatakan anaknya sempat melarang untuk berjualan di tepi jalan, tapi demi memenuhi kebutuhan rumah tangga, dia tetap memproduksi layang-layang kain.
Darsih mengatakan membuat layang-layang kain tidaklah sulit. “Bahan utamanya cuma bambu dan kain,” jelas Darsih. Proses pembuatan juga berlangsung singkat. Bambu sebagai rangka dibersihkan dan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan.
Sementara kain parasit dipotong mengikuti pola bambu yang sudah terbentuk. “Setelah kain dan bambu tersedia, tinggal dilem dan dikasih kepala.,” jelasnya. Saat ini, kepala naga dan kepala burung menjadi favorit pembeli yang kebanyakan berasal dari luar kota.
“Untuk kepala bahan dari spon berukuran dua mili,” ungkap Darsih. Kepala yang menjadi maskot layang-layang ini dibuat oleh Midwaluddin, suami Darsih. Jika membeli kepala yang sudah jadi, harganya Rp5000 per kepala.
Ketika kain dan rangka serta kepala sudah menyatu, maka tinggal dilakukan finishing dan mengikat layang-layang agar mudah diterbangkan. “Tahap akhir pengerjaan juga dilakukan sendiri, meski kadang untuk mengecat membutuhkan bantuan orang lain,” tutur Darsih. Ongkos pengecatan berkisar antara Rp1000 hingga Rp5000.
Pendapatan Darsih yang berjualan sejak pukul 09.00 WIB ini tidak menentu. “Kadang sehari laku empat, kadang tidak laku, tapi paling ramai jika musim liburan dan banyak mobil dari luar kota,” tandas Darsih. Layang-layang kecil dijualnya Rp10.000. Sementara ukuran satu meter seharga Rp40ribu.