Selasa, Maret 02, 2010

Mimpi di Shuttlecock Nusantara


Mimpi di Shuttlecock Nusantara

INDONESIA pernah memiliki segudang prestasi dari cabang olahraga bulutangkis. Mulai dari era Rudi Hartono, Lim Swie King, hingga saat ini Taufik Hidayat. Salah satu elemen penting dari olahraga ini adalah shuttlecock. Tanpa benda yang berasal dari bulu unggas ini, permainan tidak akan pernah berlangsung.
Di Manggung, Timbulharjo, Sewon, sejak tiga tahun lalu ada perajin shuttlecock yang pangsa pasarnya telah mencakup wilayah DIY. Sodik, pemilik usaha shuttlecock Nusantara kepada KR, Selasa (2/3) mengungkapkan membuka usaha ini karena ingin perkembangan prestasi bulutangkis kembali mengharumkan nama Indonesia.
"Namun cock yang saya buat ini lebih cocok untuk kelas pemula dan pelajar," ungkapnya. Dia mengakui, tanpa adanya alat pabrikan akan sulit bersaing dengan para pengusaha besar, termasuk shuttlecock yang berbahan bulu angsa.
Shuttlecock Nusantara berbahan bulu ayam broiler. "Kami mendapat kiriman bulu dari Muntilan," jelasnya. Untuk kualitas bagus, 1000 helai dihargai Rp 45 ribu, sementara yang kualitas biasa seharga Rp 7000. Bulu selanjutnya dibersihkan dan dipilah untuk selanjutnya disesuaikan dengan ukuran dan kualitas bulu.
"Untuk kepala shuttlecock, biasa disebut dop, didatangkan dari Solo, perlusin seharga Rp 3500," ungkapnya. Bulu yang telah siap, kemudian dimasukkan dalam dop. Sodik menegaskan bahwa bulu yang dimasukkan dalam dop harus searah dan telah mengembang. Untuk mengembangkan bulu, terlebih dahulu dipanaskan diatas api dalam lentera.
Usai memasukkan bulu, shuttlecock dijahit dan ditimbang. "Penimbangan diperlukan untuk mengetahui lajunya," ungkap Sodik. Jika terlalu ringan, didalam dop diberi benda hingga beratnya sesuai dengan standar. Proses terakhir adalah pengepakan dan shuttlecock siap untuk dipasarkan.
Sodik mengatakan dalam setiap slop ada 12 shuttlecock yang dijual tergantung kualitas. Mulai dari Rp 35 ribu, Rp 29 ribu, dan Rp 16 ribu. "Dalam sehari bisa membuat 25 slop," terangnya. Sodik memiliki mimpi kelak shuttlecock Nusantara digunakan olet atlet yang berlaga di Piala Uber dan Thomas, atau setidaknya, bisa mengantarkan atlet lokal yang berlatih dengan shuttlecock buatannya menjadi pebulutangkis kelas dunia. (Dian Ade Permana)