Senin, Agustus 17, 2009

Upacara di Gunung Tidar

*Upacara di Gunung Tidar
Terlambat, Tanpa Indonesia Raya, Tetap Semangat

17 Agustus adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia. Upacara untuk memperingatinya pun dilaksanakan. Tak ketinggalan di puncak Gunung Tidar. Sekitar pukul 05.00 WIB, ketika kegelapan masih meraja, para peserta upacara yang terdiri dari unsur TNI, Polri, Pramuka, dan Hansip mulai berdatangan.
Dengan langkah tertatih mendaki setiap anak tangga, nafas terengah mulai terdengar. Butuh waktu sekira 20 menit untuk mencapai puncak. Tapi demi upacara kemerdekaan, meski wajah-wajah lelah jelas tergambar, para peserta tetap bersemangat mengikuti.
Jam 06.00 WIB, komandan upacara mulai menyiapkan pasukan. Kerapian barisan mulai diatur. Tahap-demi tahap upacara pun dilalui. Beberapa orang anggota Pramuka masih berdatangan.
“Terlambat mas, upacara mulai pagi dan di gunung,” ujar Heru, siswa SMK I yang mengikuti upacara di Gunung Tidar. Dia mengaku sempat beberapa kali berhenti untuk beristirahat karena kakinya terasa capek dan enggan diajak untuk menapaki gunung setinggi 503 meter diatas permukaan laut itu.
Peluh terus bercucuran ditubuhnya. Dia pun mengambil segelas air mineral untuk meredakan dahaga. “Tidak masalah mendaki, yang penting harus semangat,” tegas Heru. Dia merasa senang bisa ambil bagian mengikuti upacara di Gunung Tidar.
Agus Zaelani, guru SMK I Magelang, mengatakan muridnya yang mengikuti upacara di Gunung Tidar ada 40 siswa. “Saya sudah tiga kali ini upacara di Gunung Tidar,” kata Agus. Menurut dia, upacara di Gunung Tidar dapat meningkatkan kekhidmatan karena sebelum upacara, para peserta musti ‘berjuang’ terlebih dahulu dengan mendaki gunung.
Abdurrahman, seorang Hansip mengungkapkan, upacara di Gunung Tidar membawa kesegaran tersendiri. “Masih sejuk, pagi-pagi naik gunung, segar,” ungkapnya. Meski mengakui dirinya kelelahan, tapi Abdurrahman tidak kapok untuk mengikuti upacara di gunung.
Prosesi upacara peringatan hari kemerdekaan tidak beda dengan tempat lain. Kecuali tempat yang harus dilalui dengan perjuangan dan tidak adanya lagu kebangsaan, Indonesia Raya yang dikumandangkan.
Sementara itu, Inspektur Upacara, Mayor. Cba. Budhi Setiawan, Komandan Tepbek IV-44-02.A/Mgl mengaku bangga bisa memimpin upacara di Gunung Tidar. “Naik gunung ini belum seberapa dibanding dengan perjuangan pahlawan merebut kemerdekaan,” tegasnya.
“Harapan dengan upacara disini adalah agar generasi muda jangan mudah menyerah dalam menggapi cita-cita,” ungkapnya. Dia mengatakan, jumlah peserta yang mengikuti upacara sekitar 200 orang.
Upacara selesai, peserta pun kembali harus berjuang untuk menuruni anak tangga Gunung Tidar. Keceriaan mewarnai perjalanan pulang. (Dian Ade Permana)