Kamis, Juli 09, 2009

Panwaslu DIY dianggap over acting

*Saksi SBY-Boediono dituduh curang
Panwas dianggap over acting

Oleh Dian Ade Permana
Harian Jogja

JOGJA : Tim Kampanye Daerah DIY pasangan SBY-Boediono menganggap Panwaslu DIY bertindak mengada-ada dan over acting dengan mengatakan saksi di TPS 13 dan 14 Dusun Tegalrejo, Goni, Wonosari, Gunungkidul telah berbuat curang.
Iwan Satriawan, kuasa hukum Tim Kamda SBY-Boediono, menuntut kepada Panwaslu untuk mengklarifikasi dan menarik ucapannya tersebut. “Kata curang itu memiliki dampak negatif, Panwaslu hanya mencari sensasi,” ujar Iwan di Kantor DPD Partai Demokrat DIY, kemarin.
Dia mengancam apabila Panwaslu tidak mencabut ucapan tersebut, akan melapor ke Bawaslu. “Jelaskan letak kecurangannya, ucapan tersebut tidak sesuai fakta,” tegas Iwan. Menurut Iwan, tuduhan perbuatan curang tersebut telah mencemarkan nama baik serta kemenangan SBY-Boediono dalam pemilihan presiden.
Putut Wiryawan, Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat DIY, menjelaskan perbuatan yang dituduhkan Panwaslu itu bermula ketika saksi SBY-Boediono menjalankan ibadah shalat dluhur. “Usai shalat, dia melihat saksi pasangan lain mendatangi KPPS yang meminta tanda tangan untuk formulir,” kata Putut. Usai ditandatangani KPPS, saksi dari tim capres lain melapor ke Panwaslu.
Dia menambahkan bahwa saksi untuk SBY-Boediono telah memperoleh training internal. “Dan yang dibawa oleh saksi tersebut adalah formulir yang digunakan untuk kepentingan internal, bukan diserahkan kepada pihak luar,” tegas Putut.
Meski demikian, dia tidak membantah bahwa formulir internal tersebut sama dengan yang digunakan oleh KPU. “Itu untuk internal, kenapa dipermasalahkan bahkan menuduh telah berbuat curang, Panwaslu melakukan dramatisasi,” jelas Putut. Dia menilai Panwaslu telah bertindak gegabah dengan mengeluarkan pernyataan perbuatan curang tersebut.
Sementara itu GBPH. Prabukusumo, Ketua DPD Partai Demokrat DIY, mengaku telah berpesan kepada jajarannya untuk mengikuti proses Pemilu dengan jujur dan santun. “Kami tidak akan berbuat diluar aturan yang telah ditetapkan,” kata Prabukusumo.
Untuk hasil pemilihan presiden sendiri, Prabukusumo mengatakan SBY-Boediono mendapatkan suara 1.204.304. “Diikuti Megawati-Prabowo 548.586 dan JK-Win 199.750,” pungkasnya

Putro Wayang


*Putro Wayang
Pertahankan semangat bertahan

Oleh Dian Ade Permana
WARTAWAN HARIAN JOGJA

Tak bisa dipungkiri, wayang saat ini terpinggirkan oleh budaya pop. Peminatnya semakin menipis. Minat masyarakat untuk menonton wayang kulit terus menurun. Jika pun ramai, didominasi oleh orang-orang yang tak lagi muda. Jika tidak segera diselamatkan, maka wayang akan semakin tergerus.
Salah seorang yang tetap bertahan mempertahankan wayang adalah Danang Sulistyo, pemilik Putro Wayang yang terletak di Jalan Patehan Lor, Jogja. Bagi Danang, menghidupkan wayang kulit agar tetap lestari adalah kemutlakan.
Ditemui di show room Putro Wayang, Danang mengatakan keahlian membuat wayang berasal dari orang tuanya. “Bapak saya, Nahrowi, adalah orang yang pertama kali mengenalkan wayang, ujar Danang. Dia mengakui, awalnya tidak tertarik dengan dunia perwayangan. Bahkan ketika sekolah, Danang memilih di STM jurusan Mesin.
Namun kesadaran untuk mempertahankan wayang kulit akhirnya datang juga. “Sejak tujuh tahun lalu saya mengelola Putro Wayang agar lebih tertata,” kata Danang. Dizaman orang tuanya, pemesan wayang terbatas hanya diwilayah DIY.
“Setelah Putro Wayang berdiri, kami pernah bekerja sama dengan konsumen dari Perancis,” bangga Danang. Namun karena keterbatasan bahan baku, sementara pesanan terus berdatangan, kerjasama itu terpaksa diakhiri.
Dia menambahkan meski terasa berat, tapi semangat untuk mempertahankan wayang terus dipupuknya. “Nanti anak saya juga akan saya beri pelajaran mengenai wayang,” tandas Danang. Menurut pria lajang ini, filosofi yang terkandung dalam wayang membuatnya terus bersemangat untuk mempertahankan kelestarian wayang.
Danang mencontohkan bahwa wayang kulit itu hanya keluar dari kotak jika dimainkan oleh dalang. “Selesai main, masuk lagi dalam kotak, sama seperti saat kita meninggal,” ungkapnya. Selain itu, setiap lakon yang dimainkan, pasti bersinggungan dengan jalan kehidupan manusia. Pelajaran-pelajaran tersebut termuat dalam jalinan cerita.
Karena kerumitan yang terkandung dalam cerita dan pembuatan, wayang kurang memperoleh apresiasi dari anak negeri yang mendewakan pragmatisme. “Konsumen saya 80% dari luar negeri,” kata Danang. Karena pakem yang begitu kuat, detil pembuatan ukiran dalam tubuh wayang pun tidak boleh melenceng dari aslinya.
Untuk bahan terbaik Danang mendatangkan kulit kerbau dari Jakarta dan Toraja. “Kalau yang dari Jawa, kerbau dibuat membajak sawah, jadi kulitnya rusak,” terang Danang. Pesanan kulit datang tidak menentu, tergantung order pembuatan wayang kulit.
Proses pembuatan wayang kulit kualitas terbaik membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. “Jika satuan, harga mulai Rp200 ribu hingga jutaan, tergantung ukuran dan kualitas kulit yang digunakan,” tandas Danang. Harga satu kotak dengan karakter lengkap mencapai Rp150 juta hingga Rp300 juta.
Semangat untuk terus bertahan digenggam oleh Danang. Optimisme membuncah menemani langkahnya melestarikan wayang agar tidak punah. Bagaimana dengan anda?

Survive! Day


*Survive! Day
Acara reuni seniman marjinal

Oleh Dian Ade Permana
Harian Jogja

MANTRIJERON : Seniman tato dan seniman cetak berkumpul di Roommate Visual Art, kemarin. Menurut Bayu Widodo, penggiat Survive! Art Community, kegiatan ini adalah rangkaian pameran Memories on Print.
Bayu mengatakan kegiatan workshop tato dan sablon itu untuk mengisi kekosongan waktu pameran. “Masyarakat jenuh jika pameran hanya begitu-begitu saja, kami mencoba mengisi dengan kegiatan lain untuk meningkatkan kreatifitas,” ujar Bayu, kemarin.
Enam seniman tato yang menggelar workshop adalah Sono, Bendol, Kampret, Ibas, Codet, dan Eman. Sementara seniman cetaknya, Simo. “Mereka semua berasal dari Jogja, dan memiliki spesialisasi tersendiri dalam tato,” tegas Bayu. Dengan berkumpulnya seniman ini, diharapkan dapat menggairahkan seni di Jogja.
Bagi Bayu, tato hingga saat ini masih dianggap bermasalah orang masyarakat. “Apapun, tato adalah budaya dan seni, bahkan di Kalimantan tato adalah lambang kebudayaan,” jelas Bayu. Dengan terus menggelar workshop, diharapkan pandangan masyarakat terhadap tato bisa berubah.
“Semua seniman tato yang terlibat mementingkan kualitas dan kebersihan,” tandas Bayu. Karena pandangan masyarakat terhadap tato cenderung negatif, pekerja seni tato terus berupaya merubah 'prosesi' mentato agar sesuai dengan standar kesehatan. Misal dengan satu jarum untuk satu tato.
Dia menambahkan seniman yang terlibat dalam workshop telah lama berkarya sendiri. “Survive! Day ini adalah bagian dari reuni setelah semua berkeliling Indonesia,” ungkap Bayu. Namun karena terdorong untuk kembali membangun kekuatan komunal, seniman ini dipersatukan lagi.
Sementara itu, selain menggelar Survive! Day, Jumat (10/7) ini, Bayu Widodo dan Sutrisno Prianggodo, kurator Memories on Print, mengadakan artis talk mengenai karya-karya yang dipamerkan. “Mengenai residensi saya selama di Australia,” kata Bayu. Acara yang dimulai pukul 15.00 WIB ini terbuka untuk umum.