Kamis, Januari 13, 2011

bohong..

dinegaraku, pemerintahnya dikatakan berbohong,.
Dalam berbagai ajaran kebajikan, bohong itu dosa..
pemerintahku berdosa? Mungkin saja..
para pemuka agama, wartawan, tukang becak, pencopet, apalagi politisi,.semua bisa berbohong
istri, suami, kawan, sahabat, musuh pun bisa berbohong..
bohong dengan berbagai tujuan, tentu tak benar..
lebih baik tak bicara dan bersembunyi daripada bohong..

dinegaraku, pemerintahnya dikatakan berbohong..
dalam kebohongan ini, citra adalah panglima
mereka yang berkuasa, menguasai citra yang membuai rakyat
citra mungkin bagian dari sebuah kebohongan..
presiden negaraku, sangat lemah dan lembut..
sempat terbuai dengan sepakbola pula, meski lebih suka bernyanyi..
karena nyanyiannya pula, ribuan calon abdi negara berguguran

dinegaraku, pemerintahnya dikatakan berbohong
dalam kebohongan, ribuan bencana menerjang
pemerintahnya, berkata-kata tanpa solusi pasti
mafia adalah bagian dari kebohongan, namun terpelihara
dibiarkan saja, mungkin karena pemerintahnya anggota mafia

negaraku penuh dengan kebohongan,.
rakyatnya turut menanggung dosa yang tak tertanggung...

Selasa, Januari 11, 2011

Bertahan Ditengah Gempuran Mainan Elektronik



Gadis kecil menarik lengan ibunya dan mengajak melihat tumpukan mainan dari tanah liat. Diantaranya ada kompor, tungku, wajan, dan berbagai keperluan memasak. Dea, nama gadis berusia 2 tahun tersebut. Dia tertarik dengan mainan sederhana berwarna-warni tersebut. Setelah sang ibu, Wiwin, warga Demangan, Wonokromo melakukan tawar menawar, transaksi pun berakhir.
Wiwin mengatakan setuju dengan permintaan sang anak karena permainan masak-masakan dengan menggunakan alat dari tanah liat sudah jarang digunakan. “Padahal harganya murah dan anak-anak bisa bermain dengan teman-temannya,” ujarnya kepada KR, Selasa (11/1) di Lapangan Wonokromo, Pleret. Menurutnya, permainan sederhana tersebut mengajarkan agar anak-anak bersosialisasi. Satu set alat masak mainan dari tanah liat, dibelinya seharga Rp 15.000.
Dengan pasaran, kata Wiwin, anak akan berinteraksi dan belajar berhadapan dengan orang lain. “Tentu itu akan terbawa dalam keseharian, karena mulai dari belanja hingga memasak, adalah kerjaan umum perempuan,” ujarnya. Dia mengungkapan kurang suka dengan mainan yang berasal dari luar negeri, baik plastic maupun elektronik.
Alasannya, permainan elektronik membuat anak enggan melakukan aktifitas lain. “Jika sudah PS, anak-anak sulit disuruh mandi,” paparnya sembari tertawa. Wiwin menyatakan permainan asli daerah memberikan banyak manfaat ketimbang mainan elektronik, terutama dalam hal interaksi.
Lestari, penjual mainan pasaran dari tanah liat mengatakan dirinya sudah berkeliling DIY dan Jawa Tengan untuk berjualan. “Setiap ada keramaian, seperti pasar malam selalu saya datangi,” ujar perempuan asal Klaten ini. Dia mengincar keramaian yang ada di pedesaan. Karena dikota, cetusnya, anak kecil lebih suka dengan permaianan yang ‘mewah.’
Satu mainan, dijualnya Rp 1000. Dalam sehari, pendapatan Lestari berkisar antara Rp 80.000 hingga Rp 100.000. “Jika hari libur ramai, namun jika hujan sepi,” jelasnya. Mainan tersebut, dibuatnya sendiri bersama keluarga. Perempuan yang telah berjualan pasaran sejak masih kecil ini mengatakan optimis mainan sederhana akan terus diburu karena memberikan pengalaman yang berbeda dengan mainan elektronik.