Senin, Agustus 10, 2009

Iwak Kali Laras

Iwak Kali Laras
Karena Beda Bikin Penasaran

Beda. Itulah prinsip pertama yang dipegang oleh Budi Sulistyowati, yang akrab dipanggil Lis (49) ketika membuka Warung Makan Laras, di Jalan Medono, Klebakan, Soropadan, Pringsurat, Temanggung.
Setelah berpikir keras beberapa saat dan usulan Witono, sang suami, menu iwak kali dan menthok menjadi pilihan. “Alasannya, masih jarang yang menjual iwak kali dengan nuansa pedesaan,” cetus Lis kepada KR. Karena menu yang ditawarkan beda, maka konsumen pasti akan memiliki rasa penasaran dan mencoba untuk mengunjungi.
10 November 2007 dipilih sebagai pembukaan Warung Makan Laras. “Satu porsi menu berisi berbagai iwak kali, daun singkong, dan sambal,” ujar Lis. Iwak kali terdiri dari wader, kotes, udang kali, dan melem (sejenis wader namun berukuran besar). Serta ucheng yang dijual terpisah.
“Meski iwak kali dicampur, tapi jika pelanggan menginginkan terpisah juga bisa,” tutur Lis. Untuk daun singkong hanya direbus hingga matang. Sebagai lalapan, imbuh Lis, daun singkong akan lebih lezat jika dikombinasikan dengan rasa yang natural.
Sementara sambal, bisa memilih berdasarkan selera. “Kami menawarkan sambal tomat matang, sambal trasi, atau sambal kosek yang dibuat dari lombok rawit hijau dipadu dengan bawang,” jelas Lis.
Saat ini, iwak kali yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumen mencapai 10 kilogram perhari. “Jika musim liburan, semakin bertambah, apalahi pengunjung keluarga juga banyak,” ungkap Lis.
Untuk menampung penikmat iwak kali, selain bangunan warung induk juga terdapat empat bale-bale. “Sebetulnya kami berencana untuk menambah bale-bale, namun karena setting pertama kali hanya untuk rumah, kami kesulitan mengaturnya,” kata Lis.
“Paling susah saat musim hujan, orang yang menyetori iwak kali tidak mencari karena sungai banjir,” ujar Lis, sembari tertawa. Padahal, kesegaran iwak kali adalah kemutlakan yang tidak bisa ditawar-tawar. Solusinya, Warung Makan Laras hanya menjual sesuai iwak kali yang didapat nelayan.
Terasa nikmat menikmati iwak kali, nasi hangat, sambal dipadu daun singkong, seharga Rp7000. “Selain iwak kali, ada juga rica-rica enthok,” kata Lis. Penasaran?.

Tidak ada komentar: