Jumat, Agustus 14, 2009

Dusun Beji, Kedu, Kabupaten Temanggung

Dusun Beji, Ingin Damai Kembali


Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung adalah desa yang aman dan tentram. Hawa sejuk senantiasa mengunjugi desa ini. Ditambah kebun tembakau dan jagung yang menambah nuansa hijau.
Tapi, hanya gara-gara peristiwa Jumat (7/8) hingga Sabtu (8/8) ‘keamanan’ Dusun Beji menjadi terusik. Ini karena, gembong teroris Noordin M. Top, bersembunyi di rumah Muhzarin, salah seorang warga Dusun Beji. Tak ayal, ratusan anggota Densus 88, Brimbob, dan Samapta mengepung dusun ini.
Ketenangan di sore itu berubah menjadi keriuhan dan ketegangan. Pengepungan selama 17 jam itu pun menjadi tontonan warga. Tak hanya warga Temanggung yang berdatangan, tapi terdapat juga dari Yogyakarta dan Wonosobo.
Mawardi, dari Janti, Yogyakarta mengatakan dia melihat televise ada pengepungan sarang teroris. “Karena tidak terlalu jauh dari Yogya, saya datang untuk melihat langsung,” ungkap dia yang datang bersama seorang kerabatnya, Sabtu (8/8) pagi.
“Tidak takut, kan banyak juga yang melihat, hanya ingin tahu Noordin bukan atau tidak yang dikepung,” jelasnya. Dia mengaku penasaran dengan Noordin M. Top karena ulahnya yang meresahkan dengan melakukan pengeboman.
Sujati, warga Dusun Beji, mengatakan tidak pernah menyangka ada teroris yang bersembunyi di kampungnya. “Tadi sore (Jumat, 7/8) pas ada dua mobil yang melaju kencang dan berhenti di depan rumah Muhzarin, saya bertanya-tanya, siapa tamunya,” jelasnya.
Setelah ada ratusan polisi yang datang, tersiar kabar Noordin M . Top bersembunyi di rumah Muhzarin. “Sekarang Dusun Beji menjadi terkenal ya mas, tidak hanya di Indonesia tapi hingga dunia,” kata Sujati. Tapi sayang, imbuh Sujati, terkenal bukan karena menjadi juara sepakbola, tapi sebagai persembunyian teroris.
“Semoga tidak ada yang menganggap warga lain sebagai teroris, kami hanya petani,”tegas Sujati. Dia khawatir, semua orang di Dusun Beji dianggap menjadi komplotan Noordin M. Top.
Lurah Desa Kedu, Purnomo Hadi mengungkapkan kejadian ini pasti memiliki efek pada kehidupan warga. “Tapi semoga bukan efek yang buruk, semoga desa ini bersejarah karena bisa menghentikan sepak terjang Noordin,” harapnya.
Sepanjang yang dia tahu, tidak ada orang asing atau pendatang yang menginap di rumah warga hingga berhari-hari. “Kami tidak bisa memantau semua warga, tapi pendataan terhadap warga pendatang terus berjalan,” kata Purnomo. (Dian Ade Permana)

Tidak ada komentar: