Jumat, Agustus 14, 2009

Kelengkeng Ping-pong

Kelengkeng Ping-pong, Tebal dan Wangi

MAGELANG (KR) – Buah kelengkeng pingpong saat ini menjadi primadona karena buahnya yang besar, dagingnya tebal, wangi. Asrofi, pemilik Aneka Tani di Sumberan, Salaman, Kabupaten Magelang mengatakan bibit buah ini berasal dari Vietnam.
“Datang ke Indonesia sekitar tahun 1995, saya membudidayakan pada 1999,” kata Asrofi, kepada KR, Rabu (12/8). Menurut dia, kelengkeng pingpong sangat prospektifk karena bias ditanam di semua tempat, meski hasil paling bagus didapatkan jika pohon ditanam di dataran menengah.
Menurut Asrofi perawatan kelengkeng ping-pong tidak sulit. “Yang penting tanah harus lembab,” tegasnya. Untuk pupuk sendiri, yang paling baik dan cocok adalah pupuk kandang dari kotoran kambing. Selain itu, pohon juga mesti dipangkas pada usia tertentu agar cabang semakin banyak dan rimbun. Dengan demikian ketika berbuah, akan menghasilkan buah yang banyak.
“Ada dua jenis kelengkeng ping-pong, yakni yang daun lebar dan daun kecil,” kata Asrofi. Kelengkeng ping-pong daun kecil asli Vietnam, memiliki cirri buah besar, daging tebal dan wangi. Sementara yang daun besar, buah besar, daging lebih tipis, dan harumnya biasa. Satu kilo dijual Rp40 ribu.
Asrofi sendiri menjual bibit kelengkeng ping-pong tergantung ukuran. “Untuk yang bibit dari okulasi, harga jual mulai Rp20 ribu hingga Rp100ribu, tergantung ketinggian,” ujarnya. Bibit dari biji seharga Rp5ribu untuk ukuran ketinggian 15-20 centimeter.
Dari masa tanam hingga berbuah membutuhkan waktu minimal dua hingga tiga tahun. “Satu tahun mungkin sudah berbuah, tapi belum maksimal,” jelas Asrofi.
Kendala kelengkeng ping-pong adalah hama sejenis teter yang menembus batang dan membikin kering pada lubang binatang itu masuk. “Tapi tidak mematikan, cukup dipestisida dua minggu sekali sudah sehat,” jelasnya.
Selain kelengkeng ping-pong, Asrofi juga membudidayakan kelengkeng Diamond River, Christal, Aroma Durian, Itoh, dan Puang Ray.

Tidak ada komentar: