Selasa, Juli 07, 2009

Berita : Mingguan


*Simoeh Car Leather
Berkembang karena kritik

Oleh Dian Ade Permana
WARTAWAN HARIAN JOGJA

Sebagian orang merasa alergi dengan kritik. Karena merasa sempurna, maka kritik tidak akan diterima. Tapi tidak semua kritik itu jelek. Karena dengan memperoleh kritik, berarti masing ada yang kurang. Prinsip inilah yang dipegang oleh Muhammad Istadi alias Simoeh, pemilik Simoeh Car Leather.
Bagi dia, karena sering dikritik, usahanya saat ini menjadi berkembang. “Bahkan awal mula berdirinya Simoeh Car Leather ini, sering tidak dibayar konsumen,” kata Simoeh, di bengkelnya, Jalan Palagan Tentara Pelajar, Selasa (7/7).
Di 1999, jelas Simoeh, dia menjalankan usaha kayu, mebel, dan jok mobil. “Saat itu tidak ada yang ditekuni, tapi semua dicoba,” ujar Simoeh. Dia melirik usaha jok mobil karena melihat di Jogja pada saat itu tidak ada usaha serupa. Kalaupun ada, hanya sekelas kaki lima dan tidak digarap dengan serius.
Semakin tahun, banyak konsumen yang berdatangan. “Mulanya hanya ada empat orang karyawan yang bekerja serabutan,” kata jebolan UII ini. Karena pesanan terus menumpuk, penambahan karyawan tak terelakkan. Setelah 10 tahun, karyawan Simoeh Car Leather berjumlah 30 orang dengan spesialisasi masing-masing.
“Promosi dari konsumen ke konsumen,” jelas Simoeh. Awal mula, untuk satu mobil membutuhkan waktu penggarapan tiga hingga empat hari. Sekarang dengan peralatan yang lebih canggih, dalam satu hari bisa menyelesaikan tujuh mobil.
Simoeh mengungkapkan semua bahan baku dan peralatan distok dari Jakarta. “Mulai dari mesin jahit khusus jok, kulit pembungkus, lem dan benang didatangkan dari Jakarta,” ungkapnya. Dia mengaku tidak pernah mengalami kesulitan untuk pengadaan barang karena hanya dalam tempo satu hari pesanan sudah terkirim.
“Komitmen kami adalah menjaga kualitas dan persaingan harga,” tandas Simoeh, ketika ditanya resep usahanya bisa bertahan. Bahkan untuk menegaskan menjaga kualitas pekerjaan, Simoeh tidak segan-segan turun langsung mengontrol pekerjaan karyawannya. Dengan begitu, segala kekurangan dapat segera dibenahi dan komplain dari konsumen teratasi.
Simoeh menganggap perfectsionist adalah kunci dari bisnis yang dijalankannya. “Jika ada kekurangan, pasti akan mendapat teguran dan kritik, kami berusaha meminimalisir kesalahan,” ungkapnya. Bagi dia, promosi melalui konsumen adalah media yang paling efektif. Oleh karenanya, dia berusaha tidak membuat kesalahan dalam memberi pelayanan.
“Kami berusaha untuk pro aktif dalam menyelesaikan setiap keluhan konsumen,” tutur Simoeh. Menurutnya, kritik adalah sebuah motivasi untuk terus memperbaiki diri. Untuk sebuah pelayanan, dia mengaku siap rugi bagi kepuasan konsumen.
Proses pengerjaan dimulai dari pelepasan semua jok yang kan diganti kulitnya. “Setelah lepas, karyawan akan nge-mal, mengukur, dan menggambar sesuai permintaan,” jelas Simoeh. Setelah itu, jika ada rangka yang rusak diperbaiki dengan dilas.
Usai pemotongan sesuai ukuran, petugas penjahit mulai beraksi. “Jika sudah beres, tinggal dipasang kembali,” ungkapnya. Dia mengaku selalu berdiskusi dengan karyawannya untuk proses pengerjaan, dengan demikian, kontrol terhadap pekerjaan dapat dilakukan.
Disinggung mengenai biaya, Simoeh mengatakan tergantung kualitas bahan yang dipilih oleh konsumen. “Untuk yang kulit asli, harga mulai Rp5 juta hingga Rp15 juta,” jelas dia. Pergantian jok mobil jenis sedan, harga mulai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Sementara minibus, dihargai mulai Rp1,2 juta. Agar tidak ketinggalan model-model jok terbaru, Simoeh mencari referensi dari majalah terbitan luar negeri dan browsing di internet.

Tidak ada komentar: